Dr.Raj Kumar Mantri

Keberhasilan jangka panjang dari implan gigi, yang dikenal sebagai standar emas restorasi gigi modern, sangat bergantung pada ketersediaan tulang rahang yang memadai, baik dari segi volume maupun kepadatan. Namun, banyak pasien yang kehilangan gigi dalam waktu lama menghadapi masalah resorpsi atau penyusutan tulang, yang membuat fondasi tulang tidak cukup untuk menopang implan secara stabil. Dalam situasi inilah, Prosedur Bone Grafting, atau cangkok tulang, menjadi intervensi vital. Prosedur bedah ini merupakan kunci mutlak dalam implantologi lanjutan, memungkinkan dokter gigi menciptakan kembali dimensi tulang yang diperlukan untuk memastikan osseointegrasi (penyatuan implan dengan tulang) yang sukses dan hasil restoratif yang optimal.

Prosedur Bone Grafting adalah teknik bedah yang melibatkan penambahan material tulang ke area rahang yang mengalami defisit. Material cangkok yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber: tulang pasien sendiri (autogenous), tulang yang diproses dari donor manusia (allograft), dari hewan (xenograft, umumnya sapi), atau material sintetis (alloplast). Pilihan material ini ditentukan oleh dokter gigi spesialis berdasarkan tingkat keparahan defisit tulang dan lokasi cangkok. Cangkok autogenous sering dianggap sebagai standar emas karena memiliki sel-sel hidup yang dapat merangsang pertumbuhan tulang baru, meskipun memerlukan dua lokasi bedah (area donor dan penerima). Sebagai contoh, pada kasus defisit kecil di rahang depan, sering digunakan xenograft karena sifatnya yang mudah diproses dan ketersediaannya yang tinggi.

Salah satu jenis Prosedur Bone Grafting yang paling umum dilakukan di rahang atas adalah Sinus Lift atau pengangkatan sinus. Ketika gigi geraham atas dicabut, rongga sinus seringkali meluas ke bawah, menghilangkan ketinggian tulang yang dibutuhkan untuk implan. Dalam prosedur Sinus Lift, membran sinus diangkat dengan hati-hati dan material cangkok dimasukkan di antara lantai sinus dan membran. Prosedur ini memerlukan waktu penyembuhan yang cukup lama, biasanya berkisar antara 6 hingga 9 bulan, di mana material cangkok berintegrasi dan berubah menjadi tulang yang solid, siap untuk penempatan implan. Analisis keberhasilan implan pasca-Sinus Lift yang dilakukan oleh Asian Academy of Implant Dentistry pada Mei 2024 menunjukkan tingkat keberhasilan jangka panjang mencapai 95% jika protokol penyembuhan diikuti dengan ketat.

Jenis lain dari Prosedur Bone Grafting adalah Ridge Augmentation (penambahan ridge atau punggungan tulang), yang digunakan untuk mengembalikan lebar atau ketinggian rahang yang menyusut. Prosedur ini penting tidak hanya untuk stabilitas implan tetapi juga untuk mencapai profil jaringan lunak yang estetis. Tanpa grafting yang tepat, mahkota gigi yang dipasang di atas implan mungkin akan terlihat terlalu panjang atau tidak natural. Pelaksanaan grafting seringkali diikuti dengan penempatan Barrier Membrane—membran khusus (seperti membran kolagen) yang diletakkan di atas graft untuk melindungi material cangkok dan memandu pertumbuhan tulang, mencegah jaringan lunak tumbuh ke area yang seharusnya diisi tulang.

Secara keseluruhan, Prosedur Bone Grafting adalah komponen fundamental dari implantologi modern yang kompleks. Prosedur ini memungkinkan dokter gigi spesialis untuk mengatasi keterbatasan biologis pasien dan memastikan bahwa fondasi implan memenuhi persyaratan mekanis dan biologis yang ketat. Dengan perencanaan yang teliti, penggunaan material yang tepat, dan periode penyembuhan yang memadai, cangkok tulang secara efektif mengubah pasien dengan kondisi tulang “tidak mungkin” menjadi kandidat yang ideal untuk implan gigi, memulihkan senyum, fungsi kunyah, dan kualitas hidup mereka secara signifikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *